Deteksi AFib dengan OMRON Complete, Mencegah Stroke Lebih Mudah

oleh -
Deteksi Afib menggunakan OMRON Complete. Foto: OMRON Healthcare Indonesia

JAKARTA, SuaraRantau.Com–Memperingati Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober 2024, OMRON Healthcare Indonesia menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran dan pencegahan stroke. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia.

Salah satu faktor risiko terbesar stroke adalah fibrilasi atrium (AFib), gangguan irama jantung yang dapat meningkatkan risiko stroke secara signifikan.

AFib sering disebut “pembunuh senyap” karena gejalanya sering tidak disadari hingga terjadi serangan stroke, yang membuat kesadaran dan pemantauan proaktif menjadi sangat penting. Kondisi ini meningkatkan risiko stroke pada penderita AFib hingga lima kali lipat dibandingkan dengan mereka yang memiliki ritme jantung normal.

“Mengingat AFib sering tidak terdeteksi, sangat penting bagi mereka yang berisiko tinggi rutin memantau kesehatan jantung. Pemantauan dini dapat mendeteksi tanda-tanda AFi lebih awal, memungkinkan penanganan tepat waktu dan mengurangi risiko stroke,” kata Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia.

AFib adalah aritmia yang paling sering ditemui dalam praktik medis sehari-hari, dengan prevalensi 1-2%. Laporan dari PERKI mengindikasikan angka ini akan meningkat secara signifikan dalam 50 tahun mendatang.

Baca Juga: Lagi Sakit, Penumpang Kereta Api di Stasiun Padang Silahkan Periksa Kesehatan di Klinik Mediska

Sekitar 70% kasus AFib terjadi pada individu berusia 65-85 tahun, dengan 84% pada usia di atas 85 tahun. WHO memperkirakan populasi lanjut usia di Indonesia meningkat 28,68% pada 2045-2050, yang mengindikasikan kejadian AFib akan terus meningkat, sehingga diperlukan strategi skrining dan manajemen yang efektif.

Peningkatan kasus AFib di Indonesia mencerminkan tren global, dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan perubahan gaya hidup berkontribusi terhadap pertumbuhan ini.

Banyak orang Indonesia, terutama yang berusia di atas 50 tahun, memiliki risiko tinggi mengembangkan AFib. Namun, gangguan ritme jantung juga mulai umum terjadi pada kelompok usia produktif, khususnya antara 40 dan 65 tahun.

No More Posts Available.

No more pages to load.