PADANG, SuaraRantau.Com–Sebanyak 46 Kepala Keluarga (KK) harus direlokasi akibat dari meningkatnyan aktivitas erupsi Gunung Marapi di Kabupaten Agam.
Danrem 032/Wbr, Brigjen TNI Rayen Obersyl menjelaskan, pihaknya menerima laporan dari dandim setempat jika saat ini tidak ada lagi warga Kabupaten Tanah Datar yang mengungsi. Mereka teah kembali ke rumah masing-masing karena rumah mereka berada jauh dari kawasan rawan bencana (KRB) sejauh 4,5 Km dari kawah verbeek.
Saat ini yang tersisa adalah pengungsi dari Kabupaten Agam sebanyak 46 KK, karena rumah mereka berada pada radius 4,5 Km dari kawah verbeek. Tidak ada kepastian erupsi Gunung Marapi akan berhenti dan levelnya turun, sehingga mereka tidak bisa kembali ke rumah mereka dalam waktu dekat.
“Untuk itu kami minta Bupati Agam segera merelokasi mereka ke tempat yang aman. Tidak ada yang bisa memastikan kapan Gunung Marapi normal kembali. Pengalaman kami di Gunung Sinabung, status level III Siaga itu berlangsung hingga 5 tahun,” ujar Rayen Obersyl dalam Diskusi Terbuka yang digelar Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sumbar, Selasa (23/1) di Markas PMI Sumbar, Kota Padang.
Diskusi bertajuk “Menyigi Kesiapsiagaan Sumbar Menghadapi Erupsi Marapi,” dipimpin Ketua Forum PRB Sumbar, Hidayatul Irwan dan dihadiri Danrem 032/Wbr, Brigjen TNI Rayen Obersyl, Kepala PMI Sumbar Aristo Munandar, Kalaksa BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy. Juga hadir Ulama Sumbar, Buya Masoed Abidin, pimpinan OPD terkait, Danlantamal, Danlanud, PVMBG Bukittinggi dan BMKG BIM.
Ditambahkan Rayen Obersyl, bencana gunung meletus tidak bisa dihentikan, tetapi dampak bencana bisa diminimalisir. Jika kondisi terburuk terjadi di Gunung Marapi, maka setiap orang yang berada di sana harus paham melakukan evakuasi mandiri yang terdekat yang aman.
Areal Pertanian Rusak
Sementara Sekretaris Dinas Pertanian Sumbar, Fedinal Asmin menyebut, sekitar 800 hektare lahan pertanian warga berada pada radius 4,5 Km hingga 5 Km dari kawah verbeek. Sekitar 315 hektare di antaranya terdampak sebaran abu vulkanik.