Gus Miftah Olok-olok Pedagang Es Teh, Senator Asal Sumbar Ini Sorot Pemuka Agama yang Hanya Andalkan Popularitas Saja

oleh -
Wakil Ketua Komite III DPD RI, H. Jelita Donal. Foto: M. Ikhsan Dedy Hasibuan

JAKARTA, SuaraRantau.Com–Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), H. Jelita Donal, menyampaikan keprihatinannya atas viralnya video yang menunjukkan pemuka agama Gus Miftah mengolok-olok seorang pedagang es teh dalam sebuah acara pengajian di Magelang.

Dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat mengeluarkan guyonan kasar yang menyakiti perasaan pedagang tersebut. Raut wajah pedagang terlihat datar dan kagok di tengah kejadian itu semakin memicu kemarahan netizen.

“Peristiwa ini sangat disayangkan, apalagi yang melakukannya adalah seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan bagi umat. Pemuka agama, sebagai panutan masyarakat, memiliki tanggung jawab besar menjaga sikap dan tutur kata yang baik,” ungkap Jelita, Kamis (5/12).

Baca Juga: Jelang Nataru, Anggota DPD RI Ini Minta Kementerian Pertanian dan Bulog Antisipasi Stok dan Harga Pangan 

“Mereka seharusnya memberikan contoh yang positif melalui ucapan dan perbuatan, bukan justru mengolok-olok orang yang lebih rendah secara sosial,” tambahnya.

Lebih lanjut, H. Jelita menegaskan, seorang pemuka agama harus memiliki adab yang tinggi, baik dalam ucapan maupun tindakan. Adab yang dimaksud, menurutnya, mencakup beberapa aspek penting, antara lain menjaga lisan agar tetap mengucapkan kata-kata yang baik, santun, dan menyejukkan hati.

“Pemuka agama harus menghormati setiap orang tanpa terkecuali, apapun status sosial mereka. Dalam agama apa pun, menghormati orang lain salah satu nilai yang sangat ditekankan. Tetap rendah hati adalah sikap yang tidak boleh hilang dalam diri seorang pemuka agama, mengingat posisi mereka bukan untuk merasa lebih tinggi atau lebih hebat daripada orang lain,” lanjutnya.

H. Jelita juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak hanya menilai seorang pemuka agama dari popularitas atau pengaruh yang dimilikinya. Tetapi juga dari sikap dan tindakannya yang seharusnya mencerminkan nilai-nilai agama yang mengedepankan kasih sayang dan saling menghormati.

“Bagi saya, ini adalah pelajaran penting bagi kita semua, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar, untuk selalu berhati-hati dalam bertindak. Kata-kata yang dikeluarkan oleh seorang tokoh agama haruslah dapat menyejukkan dan memberikan manfaat bagi umat, bukan malah menimbulkan rasa sakit hati,” ujar H. Jelita.(rel/ari)

No More Posts Available.

No more pages to load.