PADANG, SuaraRantau.Com–Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Yozarwardi menaruh harapan besar kepada kaum milenial agar dapat menjadi motor penggerak program dan kegiatan perhutanan sosial ini.
“Harapan besar kita kepada milenial dan Gen Z sebagai motor penggerak perhutanan sosial. Mereka melek teknologi informasi (IT). Mereka juga akan berperan mempublish produk hutan melalui IT,” terang Yozarwardi, usai kegiatan Refleksi Akhir Tahun 2024 di Aula Dinas Kehutanan Sumbar, Selasa, (24/12).
Menurutnya, jika hasil hutan dikelola dan diurus oleh anak-anak muda milenial akan berbeda hasilnya dengan kelompok usia baby boomer. “Kita ingin agar anak-anak muda mau kembali ke desa,” harapnya
Tidak hanya kaum milenial, Yozarwardi juga ingin kelompok gender juga ikut andil mengelola hutan. Termasuk pada kelompo pendidikan, agar para sarjana pendidikan tinggi juga ikut terlibat mengembangkan produk perhutanan sosial.
“Bahkan sekarang ada doktor tiga orang yang memgelola hasil hutan. Sebagian besar sarjana kini sudah mulai mengurus perhutanan sosial. Dengan perhutanan sosial, maka pertumbuhan ekonomi munculnya di desa-desa. Di mana desa desanya ada di hutan,” ungkapnya.
Baca Juga: Melalui Program Perhutanan Sosial, Pendapatan Petani Hutan di Sumbar Kini Mencapai Rp2,7 juta
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Bambang Suyono mengungkapkan, dari survey Dinas Kehutanan Sumbar, masyarakat yang bekerja dengan memanfaatkan hasil hutan dari segi usia, tahun 2024 ini, generasi X (usia 43-58 tahun) mencapai 624 orang atau 46,39 persen, kaum milenial (usia 27-42 tahun) mencapai 428 orang (31, 82 persen), baby boomer (usia 59-77 tahun) sebanyak 231 orang (17,17 persen), generasi Z (usia 26-11 tahun) sebanyak 48 orang (3,5 persen).
Sementara, dari segi pendidikan, tamatan S2 dan S3, sebanyak tiga orang (0,22 persen), D4 dan S1, sebanyak 158 orang (11,74 persen), SLTA sederajat 555 orang (41,26 persen), SLTP sederajat sebanyak 221 orang (16,43 persen), SD sederajat sebanyak 224 orang (16,65 persen) persen). Dari segi gender, pria yang bekerja mengelola hasil hutan sebanyak 1.098 orang (81,63 persen), perempuan sebanyak 247 orang (18,36 persen).