PADANG, SuaraRantau.Com–Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) salah satu daerah dengan kawasan konservasi hutan terluas di Indonesia. Karena itu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar berkomitmen mengambil peran dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumbar, Hansastri, menyatakan, komitmen tersebut dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2021-2026.
Hansastri mengungkapkan, dalam RPJMD tersebut, Pemprov Sumbar merencanakan beberapa aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Di bidang pertanian, penurunan emisi sebesar 24,11 persen melalui intervensi pada sistem pemupukan, teknologi budidaya, dan pengelolaan ternak.
Di bidang kehutanan dan lahan gambut, penurunan emisi sebesar 8,41 persen melalui rehabilitasi hutan dan lahan di luar kawasan hutan, rehabilitasi hutan di wilayah kelola KPH, rehabilitasi lahan kritis, pengayaan hutan lindung, dan reboisasi di wilayah kelola KPH. Di bidang energi, penurunan emisi sebesar 23,95 persen. Di bidang pengelolaan limbah, penurunan emisi sebesar 5,32 persen.
Baca Juga: Pembangunan Tuntas, Masjid Taqwa Turawan yang Dibangun dengan Dana Rp5,4 Miliar Terlihat Megah
“Setelah pelaksanaan aksi mitigasi secara keseluruhan, emisi GRK di Sumbar diproyeksikan dapat turun sebesar 9,72 persen atau setara dengan 14,1 juta ton CO2 eq pada tahun 2030,” ucap Hansastri mewakili Gubernur Sumbar saat membuka kegiatan Penyadartahuan Indonesia’s Folu NET SINK 2030 bagi OPD terkait di Lingkup Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sumbar di Padang, Senin (2/9).
Termasuk juga Program Folu Net Sink 2030 yang dilaksanakan saat ini, menurut Hansastri juga salah satu wujud nyata dari komitmen Indonesia dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim global yang telah ditetapkan melalui Perpres Nomor 98 Tahun 2021.
Program Folu Net Sink 2030 ini, menurutnya, sejalan dengan target yang telah ditetapkan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC), di mana sektor kehutanan dan lahan (FOLU) diharapkan dapat menyerap karbon sebesar 140 juta ton CO2 hingga tahun 2030.