Ketua DPRD Supardi: Peristiwa Situjuh Menjadi Bukti Jiwa Patriot Masyarakat Sumbar Melawan Penjajah Belanda

oleh -
Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat menghadiri peringatan Peristiwa Situjuh di lapangan Khatib Sulaiman Nagari Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Senin (15/1). Foto: Dokumentasi Humas DPRD Sumbar

LIMAPULUH KOTA, SuaraRantau.Com–Peristiwa Situjuah merupakan bukti semangat patriot masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) mendedikasikan diri mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang telah diproklamasikan pda tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa ini menjadi sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang menewaskan pimpinan pejuang dan puluhan orang pasukan.

Hal ini disampaikan Ketua DPRD Sumbar, Supardi di sela-sela kegiatan peringatan Peristiwa Situjuh di lapangan Khatib Sulaiman Nagari Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Senin (15/1).

Supardi mengatakan semangat patriot perjuangan masyarakat Sumbar akan terus dikenang dan ditularkan dari generasi ke generasi. Terutama untuk memajukan pembangunan daerah.

“Berbagai hal dalam pengembangan SDM generasi muda Sumbar kita dukung dalam pendidikan dan bimtek-bimtek skil. Terutama memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang dituangkan dalam pokok-pokok pikiran (pokir) DPRD”, ujar Supardi.

Baca Juga: Bantuan Rehab-Rekon Rumah Korban Gempa Tidak Satupun Terealisasi, DPRD Sumbar Minta Pemprov Bertanggungjawab

Supardi menegaskan, pendirian PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) di Sumbar kini diperingati secara nasional melalui peringatan Hari Bela Negara (HBN). PDRI dalam sejarahnya dibentuk pada tanggal 22 Desember 1948 oleh beberapa orang pimpinan pejuang kemerdekaan Indonesia dan dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

“Pemerintahan itu dibentuk karena ditangkap dan diasingkan-nya Pemimpin Republik Indonesia yaitu Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Luar Negeri Agus Salim serta Sjahrir dan lainnya oleh pihak Belanda ketika terjadinya Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948,” ungkapnya.

Supardi katakan, dalam salah satu mata rantai perjuangan PDRI itulah terjadi suatu peristiwa pada tanggal 15 Januari 1949. Di mana puluhan pejuang yang terdiri dari beberapa pimpinan dan puluhan anggota pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) tewas seketika diberondong tembakan oleh pihak penjajah Belanda.