Omicron Mewabah, Harga Minyak Goreng Mahal, Pelaku Usaha Oleh-oleh Kripik Balado di Padang Menjerit

oleh -
Pengunjung membeli oleh-oleh di tempat usaha Keripik Balado 4 X 7, di Jalan Belakang Olo 1 Nomor 22, Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang

PADANG, SuaraRantau.Com–Suasana Selasa pagi (14/2) di lokasi Usaha Oleh-oleh Keripik Balado 4 X 7, di Jalan Belakang Olo 1 Nomor 22, Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, berbeda dari hari-hari biasanya.

Tidak ada terdengar lagi deru mesin pembuat santan. Tidak ada wajah pekerja yang berkeringat menahan panasnya api penggorengan. Tidak terdengar lagi canda para pekerja saat melakukan pengemasan.

Yang terlihat hanyalah beberapa orang pekerja yang berlalu lalang sambil mengemas hasil produksi semalam, untuk dipajang menunggu pembeli datang.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Usaha Pabrik Tahu di Padang Terancam Gulung Tikar

Mahalnya harga minyak goreng di masa pandemi Covid-19 berdampak cukup besar bagi perekonomian warga Kota Padang. Ten-ten, Pengelola Usaha Oleh-oleh Keripik Balado 4 X 7 menjelaskan, dengan mahalnya harga minyak goreng di pasaran, ia terpaksa mengurangi tenaga kerja yang bekerja di tempatnya.

“Biasanya kita mempekerjakan 48 orang pekerja dalam produksi keripik Balado 4 x 7. Tetapi sejak tingginya harga minyak goreng dan ditambah mewabahnya varian Omicron kita hanya mempekerjakan 18 orang tenaga kerja,” jelasnya.

Ten-ten menambahkan, pada saat ini harga minyak goreng Rp526.000 per karton. Sebelumnya harga minyak goreng per karton di pasaran bekisar Rp486.000.

“Dalam penggorengan kita memakai minyak kelapa. Kita berkomitmen untuk selalu menjaga kualitas produksi. Tetapi melonjaknya harga produksi, tidak bisa diikuti dengan harga penjualan. Tentu pelanggan kita semakin sepi. Untuk bisa bertahan saja saat ini sudah cukup baik,” paparnya.

Dalam hal produksi, Ten – ten mengakui Keripik Balado 4 X 7 pada saat ini sanggup memproduksi hanya tiga kali dalam seminggu.

“Sebelumnya, di awal pandemi Covid-19 kita kena. Tetapi, sejak lepas dari pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) produksi kita membaik hingga bisa menggoreng sebanyak 4-5 kali seminggu. Tetapi saat ini, dengan varian Omicron ditambah mahalnya minyak goreng, seakan membunuh UMKM secara perlahan-lahan,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

No More Posts Available.

No more pages to load.