Pegerakan Tanah di Jalur Sumbar-Riau, Ini Penjelasan Pakar UNP

oleh -
Pakhrur Razi Ph.D, Kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation, Universitas Negeri Padang (DMEO UNP). Foto:IST

PADANG, SR–Longsor dan banjir di sepanjang jalur Provinsi Sumbar-Riau sudah tidak asing lagi bagi penduduk setempat dan para pengendara yang melewati jalur tersebut.

Jalur tersebut, merupakan urat nadi yang penting bagi transpotasi ekonomi dan barang. Namun, kondisinya saat ini beberapa titik di jalur Sumbar-Riau telah mengalami pergerakan tanah. Hal ini dapat dilihat dengan kasat mata dengan adanya retakan-retak aspal sepanjang jalan.

Topografi dan formasi geologi yang komplek menjadikan daerah tersebut rawan akan bencana longsor dan tanah bergerak ditambah lagi banyaknya patahan (local fault) di sepanjang jalur tersebut.

Pakhrur Razi Ph.D, Kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation, Universitas Negeri Padang (DMEO UNP) menjelaskan, bahwa setiap tahun puluhan titik longsor terjadi sepanjang jalur penghubung Sumbar – Riau. Kejadian yang paling besar tejadi pada 3 Maret 2017 yang disertai dengan banjir di daerah pangkalan dan memakan korban jiwa.

Lebih lanjut, Razi mempertanyakan kegagalan pemerintah dalam mengantisipasi kejadian bencana untuk tidak terulang lagi. Selain itu, DMEO UNP pernah melaporkan peluang terjadi longsor dan pergerakan tanah di daerah sekitar Kelok Sembilan ke Pemkab Limapuluh Kota. Tetapi daerah tersebut merupakan jalan nasional, sehingga mereka mengatakan tidak ada wewenang untuk melakukan antisipasi.

“Pemerintah lebih memilih menyiapkan alat-alat berat dan menunggu bencana datang di daerah yang sering terjadi longsor dari pada melakukan pencegahan terjadinya longsor,”sesalnya.

Razi berharap pemerintah mulai memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah sangat memungkinkan, untuk melakukan pendeteksian dan monitoring titik-titik yang berpotensi longsor, lengkap dengan kecepatan, percepatan dan jarak pergeseran tanah setiap saat.

“Kami dari DMEO UNP berkerja sama dengan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) memanfaatkan teknologi satelit (L-Band) synthetic Aperture Radar (SAR) JAXA Japan, untuk memonitor bencana yang berpeluang terjadi di Sumbar. Teknologi ini memiliki tinggkat akurasi yang sangat tinggi yaitu 1 millimeter dengan resolusi spasial 3-10 meter. Artinya perubahan permukaan bumi dalam dalam orde 1 mm dapat terdeteksi oleh satelit ini,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

No More Posts Available.

No more pages to load.