PADANG, SuaraRantau.Com–Status tanggap darurat bencana banjir bandang, banjir lahar dingin dan longsor yang terjadi di tiga daerah, Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang, pada 11 Mei lalu akan berakhir 9 Juni 2024.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat (Sekdaprov Sumbar), Hansastri mengungkapkan, penanggulangan bencana melibatkan banyak pihak. Karena itu, Hansastri mengucapkan terimakasih atas bantuan dan perhatian, kerja keras dan kordinasi yang dilakukan seluruh pihak. Mulai dari Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), para menteri, kepala lembaga, kepala dan pengurus organisasi terkait. Termasuk TNI dan Polri yang bekerja keras di lapangan.
Hansastri mengungkapkan, data terakhir, korban bencana yang meninggal sebanyak 63 orang. Sebanyak 60 terindifikasi dan tiga belum terindifikasi. Total korban yang masih dilakukan pencarian sebanyak 10 orang.
“Saat ini sudah 27 hari setelah pencarian. Teman-teman tim di bawah koordinasi Basarnas masih lakukan pencarian,” ungkap Hansastri didampingi Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy dan Kepala Dinas Kominfotik Sumbar, Siti Aisyah, saat memberikan keterangan pers, Jumat (7/6) di Kantor Dinas Kominfotik Sumbar.
Hansastri menambahkan, dari 10 korban yang masih dicari, sebanyak 8 keluarga korban sudah mengikhlaskan. “Dua keluarga korban lagi sedang dilakukan koordinasi dengan pihak keluarga untuk mengikhlaskan. “Karena setelah status tanggap darurat berakhir 9 Juni, kita akhiri pencarian korban,” terangnya.
Hansastri mengatakan, kondisi terakhir korban terdampak bencana di pengungsian sudah kembali ke rumah masing-masing. Mereka tidak ada lagi di tenda-tenda pengungsian, tetapi mengungsi ke tempat keluarga. Dengan kondisi ini maka dapur umum yang telah didirikan sudah diakhiri. Namun, masih ada beberapa dapur umum yang masih berdiri di tingkat nagari.
Pada kesempatan itu, Hansastri juga menyampaikan data informasi korban, dampak kerusakan yang ditimbulkan dari bencana per kabupaten kota. Di mana, bencana berdampak 4.064 orang mengungsi, rumah rusak sebanyak 1.110 unit, rumah terdampak (1.210 unit), sarana pendidikan (15 unit), sarana kesehatan (2 unit), tempat ibadah (28 unit) dan bangunan lainnya (2 unit).