Wali Kota Padang Panjang Bakal Terima Anugerah Kebudayaan HPN 2022

oleh -
oleh
Wali Kota Padang Panjang, Fadly Amran. [kominfo]

JAKARTA, SuaraRantau.com- Wali Kota Padang, Fadly Amran ditetapkan sebagai penerima Anugerah Kebudayaan pada Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 mendatang.

Selain dirinya, ada sembilan kepala daerah lainnya di Indonesia menerima penghargaan yang sama.

Kepastian ini menyusul dikeluarkannya ketetapan yang disampaikan Tim Juri yang membahas dan menilai hasil kerja masing-masing kepala daerah, Jumat (3/12) malam.

Baca Juga: Mubes Iluni UIN Imam Bonjol Padang, Gubernur Minta Dukungan Jadikan Sumbar Pusat Ekonomi Syariah

Sepuluh bupati/wali kota ini telah menyisihkan ratusan kepala daerah lainnya melalui penilaian proposal dan video yang dikirimkan ke panitia HPN. Mereka akan menerima penghargaan pada HPN 2022 yang akan dipusatkan di Kendari, Sulawesi Tengah. Namun sebelum itu, 15-16 Desember akan melakukan presentasi di Jakarta.

Selain Wako Fadly, sembilan kepala daerah lainnya itu adalah Wali Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rahmat Effendi, La Bakry (Bupati Buton, Sulawesi Tenggara), Hendra Lesmana (Bupati Lamandau, Kalimantan Tengah), Hj. Nina Agustina (Bupati Indramayu, Jawa Barat), H. Helmi Hasan (Wali Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu), H. Yuhronur Efendi (Bupati Lamongan, Jawa Timur), Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah), H. Suprawoto (Bupati Magetan, Jawa Timur) dan H. Musyafirin (Bupati Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat).

Baca Juga: Berkantor di Kuranji, Hendri Tinjau Kampung Adat dan Jalan Lingkar Objek Wisata Lubuk Tampuruang

Ketua Pelaksana Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (AK-PWI) Yusuf Susilo Hartono, menyebutkan masing-masing kepala daerah tersebut berhasil dengan baik menarasikan dan memvisualkan pergulatan memenangkan kesehatan, berbasis informasi dan kebudayaan, guna mewujudkan perilaku baru.

“Salah satu yang menarik, sebelum ada kebijakan protokol kesehatan (prokes) pandemi Covid-19, di antara daerah-daerah tersebut sudah memiliki ‘protokol warisan nenek moyang’ dalam menghadapi wabah, yang dirawat dalam adat dan tradisi setempat. Hal ini menunjukkan sekaligus bukti bahwa kebudayaan daerah itu memiliki ‘harta karun kultural’ tersembunyi, yang seringkali dilupakan oleh pemiliknya sendiri, maupun pengambil keputusan yang nir-kebudayaan,” sebutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

No More Posts Available.

No more pages to load.