Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, Merry Yuliesday
PADANG, SR — Munculnya virus cacar monyet pertama kali di Negara Singapura mendapat perhatian khusus Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran virus yang pertama kali ditemukan pada seorang warga Nigeria, saat berkunjung ke Singapura pada 28 April lalu.
Warga yang berasal dari negara yang masuk dalam endemis virus tersebut, terdeteksi positif terinfeksi virus cacar monyet, 8 Mei. Setelah dilakukan diagnosa. Sebanyak 23 orang yang melakukan kontak dengannya pun telah dilakukan karantina, agar ini tidak menyebar.
“Kita saat ini mewaspadai akan penyebaran virus ini, apalagi di negara tetangga telah masuk virus tersebut. Dan, dari laporan saat ini dari Kementerian Kesehatan belum ada terdeteksi virus ini menyebar dan masuk ke Indonesia, meskipun belum masuk tapi mesti dideteksi sejak dini,” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (15/5).
Dikatakannya, berdasarkan data WHO, Negara Afrika Tengah dan Barat merupakan daerah endemis cacar monyet. Cacar monyet itu ditularkan oleh hewan, terutama hewan pengerat yang mengandung virus cacar monyet. Penularan itu terjadi melalui gigitan, cakaran, kontak langsung dengan darah, cairan tubuh hewan, dan makanan daging yang tidak dimasak dengan baik. Sedangkan, penularan dari manusia ke manusia bisa dimungkinkan namun sangat terbatas melalui sekret pernapasan atau lesi pada kulit.
“Untuk gejala cacar monyet ini mirip dengan cacar, tetapi lebih ringan. Masa inkubasi 5 -21 hari, gajala yang timbul itu berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas,” terangnya.
Selain itu, gejala lainnya, akan muncul ruam pada kulit dan wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.
Dilanjutkan Merry, virus cacar monyet ini biasanya penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan gejala yang berlangsung selama 14-21 hari. Kasus parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkatan paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Meskipun begitu pencegahan perlu dilakukan dari sekarang agar tidak terinfeksi virus itu.
“Adapun cara pencegahan agar tidak terinfeksi virus itu, perlu menghindari kontak dengan tikus dan primata terinfeksi serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik. Membatasi kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus itu. Lalu, memakai sarung tangan dan pakaian pelindung saat menangani hewan yang terinfeksi dan merawat orang sakit. Petugas kesehatan dianjurkan melakukan vaksin dan perilaku hidup bersih serta sehat. Selain itu kami juga akan menyebarluaskan informas terkait virus cacar monyet ini kepada masyarakat,” tukasnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah mempertebal pintu masuk ke Indonesia. Pemantauan itu mulai dari yang paling dekat Singapura seperti Batam, hingga bandar udara yang memiliki rute penerbangan dari Singapura.
“Kami khawatir karena pintu masuknya banyak. Maka itu pintu masuk utama dari Singapura yaitu Pelabuhan Batam, kami perkuat. Juga semua pelabuhan kan kita punya kantor kesehatan. Kami perkuat di karantinanya,” ujar Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek.
Bahkan, khusus di Bandar Udara, pihaknya memastikan, seluruh bandara di Indonesia sudah dilengkapi peralatan pendeteksi suhu tubuh. Dengan demikian, penumpang yang terdeteksi memiliki suhu tubuh tinggi, akan langsung dikarantina untuk diperiksa secara medis. (ari)